Natal (HayuaraNet) – Wisata Pantai Karo di Desa Sundutan Tigo, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terus tumbuh dari hari ke hari. Bahkan pengunjung pada masa libur mencapai ribuan orang per hari. Namun, sampai hari ini nyaris takada sentuhan pemerintah daerah setempat dalam memajukannya.
Mantan Kepala Desa Sundutan Tigo Tasmil menerangkan Badan Usaha Milik Desa (BumDes) wisata Pantai Karo itu telah terdaftar di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia. Sementara objek wisatanya juga telah didaftarkan di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Setelah itu baru expose di kementerian. Habis itu langsung turun bu wakil tinjauan lokasi,” katanya yang diwawancarai beberapa hari lalu di Natal, Kecamatan Natal.
Tasmil menjelaskan, pada saat kunjungan itu Wakil Bupati Madina Atika Azmi menyebut akan mengupayakan pembangunan objek wisata itu pada tahun 2023. Namun, sejak kunjungan itu sampai hari ini belum ada bentuk perhatian pemerintah dalam membangun dan mengembangkan ojek wisata tersebut.
“Maka dari itu perlu terdaftar di kementerian sehingga tidak perlu terlalu berharap kepada APBD Madina. Harapannya agar ada kucuran APBN,” ujar Tasmil.
Sementara Direktur BUMDes Edison menerangkan, objek wisata Pantai Karo dikembangkan untuk mendorong perekonomian masyarakat dari dua desa, yakni Sundutan Tigo dan Kunkun. Sebagai langkah awal, pemerintahan desa membuka lahan seluas tiga hektare yang bisa digunakan warga untuk mendirikan warung atau cafe.
“Mustahil membicarakan kesejahteraan dan pendidikan anak kalau ekonomi masyarakat lemah,” ujar pria yang pernah menggeluti dunia jurnalistik ini.
Edi mengungkapkan, awalnya hanya ada tiga warung di pantai tersebut, tapi setelah pembukaan lahan tiga hektare itu sudah ada 15 keluarga yang mengais rezeki dengan berjualan di situ. “Pondok-pondok itu baru berdiri di tahun ini, tahun 2023,” lanjutnya.
Untuk saat ini pihaknya belum menarik retribusi, baik kebersihan maupun parkir, dan tidak melibatkan pemerintah daerah karena objek wisata pantai itu akan dibangun dengan berpedoman pada rencana jangka pendek dan jangka panjang.
“Tiga tahun pertama ini menarik masyarakat dulu. Kemudian memastikan keamanan pengunjung, utamanya kendaraan. Jangan sampai ada yang berkunjung pulangnya mobil malah tergores,” terangnya.
Selain pantai, pengunjung juga disuguhkan penyeberangan menggunakan speedboat ke Pulau Ringawan dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. “Saat ini baru speedboat. Ada memang dari provinsi, tapi masih kami tunggu sampai ada kepala desa defenitif,” tambahnya.
Untuk diketahui, pada Juni 2022 wabup Madina bersama kepala Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Kepala Dinas Perpustakaan, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Pemberdayaan Penduduk dan KB, Direktur RSUD Panyabungan, dan Direktur RSUD Husni Thamrin Natal.
Namun, sampai hari ini kunjungan para pejabat itu seperti tak membuahkan hasil. Faktanya, kepala desa dan pengurus BUMDes yang berpikir dan mencari dana pembangunan dan pengembangan wisata itu sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain mengandalkan dana desa, mereka juga menjalin komunikasi dengan beberapa perusahaan di sekitar lokasi.
“Pemilik warung yang pertama hadir di sana sudah punya omzet sampai tujuh juta per hari pada masa-masa liburan. Wajar dia bisa beli mobil,” terang Edi.
Lahan yang dibuka oleh pemerintahan desa itu boleh digunakan oleh seluruh warga Desa Sundutan Tigo dan Kunkun. “Tujuannya menyejahterakan masyarakat,” tutupnya.
Sebagai informasi tambahan, Pulau Ringawan sebagian besar dikelilingi pantai. Di sebelah barat terdapat terumbu karang yang masih terjaga. Sekitar tahun 1980-an, pulau ini dihuni penduduk Sundutan Tigo yang kemudian pindah ke Desa Sundutan Tigo yang sekarang.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Madina Salam yang dimintai keterangan terkait dukungan dan bantuan pemerintahan dalam mengembangkan pariwisata di Desa Sundutan Tigo tak memberikan jawaban. (RSL)