Panyabungan (HayuaraNet) – Setelah sempat bertahun-tahun tertahan di inkubator, Wikipedia Saro Mandailing akhirya dapat diakses publik melalui link: https://btm.wiktionary.org/wiki/Wikikamus:Alaman_Utamo. Kamus daring ini terbit berkat usaha beberapa kontributor.
Acara perilisan dilakukan secara sederhana di salah datu cafe di Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, Kamis (24/8). Acara tersebut juga menjadi pertemuan luring pertama sesama kontributor.
“Kami merayakannya (launching) dengan semua tim penyunting saro Mandailing. Acara sederhana saja, sekadar potong tumpeng dan minum kopi,” kata Askolani Nasution, anggota tim penyunting yang juga budayawan Mandailing, mengutip StartNews, Jumat (25/8).
Askolani menyebutkan, keberadaan kamus daring bahasa Mandailing itu semestinya menjadi kebanggan semua orang Mandailing, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina. Menurutnya, secara umum Pemkab Madina yang semestinya paling berperan untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Mandailing.
“Kami ambil alih kewajiban konstitusionalnya (Pemkab Madina) untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa Mandailing,” tegas Askolani.
Pria yang telah menulis beberapa buku ini mengungkapkan ada sebelas bahasa daerah yang punah setiap tahun. Itu sebabnya, pihaknya berinisiatif menjalin kerja sama dengan Wikipedia untuk membuat kamus daring bahasa Mandailing.
“Kami ambil peran penyelamatan bersama Wikipedia. Tanpa beban (sumber dana) dari APBD,” ungkapnya.
Selain kamus bahasa Mandailing, kata Askolani, laman digital itu nantinya akan dilengkapi dengan sajian artikel, dokumen, foto, dan berbagai ragam khas Mandailing.
“Termasuk objek wisata. Pendeknya semua ikon yang membuat orang tahu dan berkata, oh, itu di Mandailing, ya,” tambahnya.
Dia menjelaskan, Wiki menjadi pusat data terbesar dunia. Itu sebabnya, saat berselancar di google, wikipedia sering muncul di urutan pertama pencarian.
Sutradara film daerah Biola na Mabugang ini mengaku tak mempersoalkan acara rilis dilakukan secara sederhana tanpa keikutsertaan pejabat terkait untuk melakukan pemotongan tumpeng.
“Tak mesti ada spanduk, tak mesti ada pejabat pemotong tumpeng, apalagi minta sumbangan, menghadap, dan setersusnya. Wiki itu lembaga internasional,” ujar penulia nover Rein ini.
Askolani merasa beruntung dikelilingi oleh anak-anak muda kreatif yang peduli akan eksistensi bahasa Mandailing. Meskipun menjadi kontributor paling tua, dia mengaku bangga karena tidak hanya diam melihat bahasa daerah ini menuju kepunahan.
Kontributor Saro Mandailing menargetkan bahasa ini dikenal di seluruh dunia dan menjadi bahasa literasi yang aksestabel, tidak sebatas bahasa pengantar berjualan terong dan jamur.
“Harus menjadi bahasa akademis, bahasa jurnalistik, bahasa sastra, dan bahasa ekspresi seni yang dikenal luas,” tutup pria yang beberapa kali terpilih sebagai juara Nasional di bidang penulisan cerpen ini. (RSL)