Tolak Pengadaan Rebana, Irwan Daulay Minta Kepala Sekolah Imbau Guru Mogok Mengajar

Panyabungan (HayuaraNet) – Pengadaan rebana yang terkesan dipaksakan oleh pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, menuai perhatian dari mantan dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) Irwan Hamdani Daulay.

Dia pun meminta kepala sekolah mengimbau para guru mogok mengajar selama sepekan sebagai bentuk penolakan terhadap ‘pemaksaan’ pengadaan rebana. Tak hanya itu, Irwan juga mengajak para kepala sekolah demo ke Dinas Pendidikan Madina.

Hal itu disampaikan Irwan menanggapi berita yang dirilis HayuaraNet dengan judul “Harga Rebana yang Dibeli dengan Dana BOS Naik”.

“Sebaiknya kepala sekolah menolak ini. Kalau ada 50 kepala sekolah yang mau demo, saya siap jadi oratornya,” katanya di Panyabungan, Madina, Minggu (18/6).

Selain menjadi orator, pengusaha yang bergerak di bidang properti ini juga bersedia menanggung semua biaya aksi penolakan pembelian rebana itu. Menurutnya, pemaksaan pembelanjaan dana BOS untuk hal-hal yang tidak urgen menjadi salah satu penyebab lambannya pendidikan di Madina berkembang.

Irwan menerangkan, keputusan ini diambil bukan ujug-ujug, tapi sudah melalui pertimbangan dan sebelumnya telah disampaikan kepada Bupati H. M. Jafar Sukhairi Nasution.

“Pemaksaan pembelian rebana ini sudah saya sampaikan ke pak Bupati agar diperhatikan. Tapi, yang terjadi justru kenaikan harga. Maka dari itu saya siap kembali pegang TOA untuk mendukung para kepala sekolah,” jelasnya.

Irwan menambahkan, kepala sekolah tak perlu takut untuk menyuarakan keluh kesah, terlebih untuk hal-hal yang membebani keuangan sekolah dengan hasil yang tidak jelas.

“Jangan sampai karena mengenyangkan perut segelintir orang, para kepala sekolah rela terjebak utang dan pinjaman ke rentenir,” tutupnya.

Desak DPRD Evaluasi Belanja Dana BOS

Di lain tempat, pemerhati sosial dan politik Muhammad Ali Nasution mendesak anggota DPRD Madina untuk mengevaluasi belanja BOS tahun 2023 karena diduga banyak indikasi bisnis yang menguntungkan orang-orang tertentu.

“Mohon kepada wakil rakyat agar memperhatikan hal ini. Untuk apa rebana ini dibeli dengan harga mahal,” kata pria yang akrab disapa Ali Paten ini.

Lebih lanjut, dia menilai tidak adanya antusias anggota DPRD melihat persoalan ini merupakan sebuah bentuk ketidaksetiaan terhadap janji jabatan dan masyarakat.

“Atau mungkin bapak dan ibu anggota DPRD Madina ingin juga menyukseskan rekor MURI memainkan rebana terbanyak secara serentak,” kelakarnya sembari menutup perbincangan.

Sebelumnya diberitakan pengadaan rebana di sekolah-sekolah dasar yang ada di Madina terus berjalan meskipun menuai penolakan dari berbagai pihak. Bahkan kini harga rebana tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp500 ribu dari harga awal Rp9 juta.

Harga tersebut lebih mahal dari harga di salah satu toko di Panyabungan. Di toko tersebut, harga rebana untuk kualitas baik hanya di angka Rp3 juta per set. (RSL)

Mungkin Anda Menyukai