Panyabungan (HayuaraNet) – Founder Madina Care, waralaba yang vokal menyampaikan kritik kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Wadih Al Rasyid Nasution menilai Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Abdul Hamid Nasution dan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Madina Dollar Hafriyanto Siregar layak diadukan ke aparat penegak hukum karena terindikasi memanipulasi nilai peserta PPPK.
Hal itu disampaikan Wadih usai membaca berita di salah satu media online dengan judul ‘Kuliti’ Dollar dan Hamid di RDP DPRD Madina, Pemkab Madina Terbukti Manipulasi Nilai Peserta SKTT. “Berdasarkan ini harusnya Pelamar PPPK secara kolektif melaporkan orang bernama Dolar dan Hamid yang disebut dalam berita,” katanya, Jumat (29/12).
Dalam berita itu dituliskan, dari perdebatan alot tersebut akhirnya disepakati agar pihak Pemkab Madina melakukan simulasi penilaian terhadap SKTT. Setelah melakukan simulasi justru terungkap bahwa nilai SKTT peserta ujian, semuanya telah direkayasa dan dimanipulasi. Sontak saja ratusan peserta RDP PPPK tersebut berteriak keras. “Batalkan hasil ujian SKTT,” teriak peserta.
Atas hal itu Wadih pun menyarankan tidak melakukan pembelaan terhadap keduanya karena terindikasi memanipulasi nilai peserta. “Berjanji pula dia 2024 diluluskan. Memangnya 2024 dia bupati,” jelasnya.
Untuk diketahui, pada Kamis (28/12) DPRD Madina menggelar rapat dengar pendapat dengan menghadirkan kepala BKPSDM Madina dan kepala Disdik Madina untuk menjelaskan secara terang benderang seleksi PPPK yang menimbulkan kisruh di tengah-tengah masyarakat.
Dalam rapat itu, baik Hamid maupun Dollar tak berkutik menanggapi beragam pertanyaan baik dari anggota DPRD maupun peserta PPPK. Bahkan kepala BKPSDM hanya menjelaskan hal yang sama secara berulang seolah dia tidak paham teknis pelaksanaan SKTT. “Saya tidak tahu pembobotan nilai, itu dari Panselnas. Kami hanya memberikan nilai 1-9 kepada peserta,” katanya berulang.
Padahal, peserta hanya minta penjelasan indikator penilaian yang digunakan keduanya sehingga memutuskan memberikan nilai 1 kepada satu peserta dan nilai 9 kepada peserta lain.
Sebelumnya diberitakan, salah satu peserta mempertanyakan indikator penilaian yang digunakan kaban KPSDM dan kadisdik Madina sehingga ada yang mendapat nilai tinggi dan rendah. “Bapak tidak kenal saya, tidak tahu seperti apa perilaku dan kematangan spritual saya, tapi bisa-bisanya bapak memberikan nilai satu untuk saya,” ujar peserta ini yang diikuti gemuruh tepuk tangan.
Syafruddin, guru honorer berprestasi dan mengabdi sekitar 17 tahun, menambahkan dirinya bertanya-tanya alasan Abdul Hamid dan Dollar tega memberikan nilai terendah untuknya pada SKTT. “Ini, Pak, saya bawa sertifikat penghargaan dari Cagar Budaya. Waktu bapak berkunjung meninjau salat Subuh berjamaah di Natal, saya ada. Lalu, darimana bapak bisa memberikan nilai terendah kepada saya,” tanyanya.
Menanggapi hal itu, Dollar Hafriyanto hanya memberikan jawaban-jawaban normatif yang tidak substansial. “Sekarang yang harus sama-sama kita pikirkan adalah solusi. Kami sudah menyurati BKN untuk pelaksanaan tahun 2024,” katanya.
Senada dengan itu, Abdul Hamid pun hanya memberikan jawaban berputar-putar terkait aturan pelaksanaan SKTT dengan konsekuensi pemotongan nilai teknis peserta sebesar 30 persen. Kaban KPSDM ini juga tak mampu menjawab indikator penilaian yang dia gunakan untuk menentukan seseorang bermoral rendah atau tinggi. (RSL)