Panyabungan (HayuaraNet) – Ternyata janji Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) Atika Azmi yang belum kunjung ditepati bukan hanya penyediaan kapal tangkap ikan bagi nelayan di pantai barat, tapi juga peningkatan harga kopi Mandailing sampai Rp400 ribu per kilo. Janji itu pun terkesan hanya kelakar.
Petani Kopi Mandailing di Pagur, Kecamatan Panyabungan Timur Mahfus Budiawan yang dihubungi, Sabtu (23/9), mengatakan sampai hari ini belum ada kebijakan Pemkab Madina yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan perluasan lahan maupun peningkatan kesejahteraan petani.
Pada tahun 2021 lalu, Budi, sapaan akrab Mahfus Budiawan, menceritakan masa-masa pandemi telah memukul petani kopi, termasuk di Madina. Bahkan saat itu sempat harga gabah turun dari Rp28 ribu per kilo menjadi Rp13 ribu per kilo. “Tidak ada bantuan apa pun dari pemerintah daerah,” katanya waktu itu.
Sorotan terhadap janji-janji wabup Madina saat debat Cakada tahun 2020 lalu di salah satu hotel di Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, kembali mencuat. Pasalnya, masyarakat menilai janji-janji itu tak kunjung ditepati.
Baru-baru ini, media online di Madina Mandailing Online mengangkat berita dengan judul Janji Atika Menyediakan Kapal Tangkap Nelayan di Madina Zonk. Dalam berita itu disebutkan dua tahun lebih pemerintahan Sukhiri Atika berjalan janji itu tak jua diakomodasi. Nelayan pantai barat seolah dianaktirikan.
Sedangkan Kepala Dinas Kelautan Mandailing Natal Syafruddin Nasution yang dikonfirmasi seputar program tersebut mengaku belum ada, bahkan instansi yang dipimpinnya itu tak tahu pasti data nelayan tradisional di Bumi Gordang Sambilan.
Uniknya, Syafruddin malah meminta wartawan yang konfirmasi untuk tidak mengupas program Pemkab Madina terkait kelautan. “Sabar minggu ini datanya saya kasih. Aman itu. Jangan dikupaslah masalah program pemda terkait kelautan itu,” katanya sebagaimana dilansir HayuaraNet dari Mandailing Online, Minggu (23/9).
Selain dua janji itu, hal lain yang dinantikan masyarakat adalah peningkatan pelayanan Puskesmas. Sukhairi saat itu sesumbar setiap Puskesmas akan memiliki ambulans. Nyatanya, dari 28 Puskesmas hanya satu yang memiliki ambulans layak pakai.
Melansir MohgaNews, di Madina ada 28 Puskesmas yang tersebar pada 23 Kecamatan. Sembilan dari 28 Puskesmas ini sama sekali tidak memiliki ambulans. Sedangkan 18 ambulans lainnya mengalami kerusakan, baik parah maupun rusak ringan. Satu-satunya ambulans yang dalam kondisi baik hanya di Puskesmas Batahan.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Madina, dr Muhammad Faisal Situmorang membenarkan sembilan Puskesmas di Madina tanpa ambulans. “Kalaupun ada hanya satu unit, itu pun ambulans 119 untuk tahun depan (2024). Anggaran belanja ambulans di dinas kesehatan Madina tidak ada, yang kita harapkan hanya anggaran dari pusat,” katanya terkait pengadaan ambulans di dinas yang dipimpinnya. (RSL)