Panyabungan (HayuaraNet) – Dugaan kebocoran gas H2S dari aktivitas PT SMGP yang menyebabkan puluhan warga Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) terus menuai kecaman dan desakan agar perusahaan panas bumi itu angkat kaki dari Bumi Gordang Sambilan.
Salah satu yang mendesak adalah Pimpinan Daerah Gerakan Pemuda Islam (PD GPI) Madina. Desakan itu langsung disampaikan Ketua GPI Al Hasan Nasution.
“Sore ini kita dipertontonkan lagi kecerobohan PT SMGP yang kian memuakkan dan terus memakan korban. Insiden berulang ini sudah tidak bisa ditolerir oleh nalar sehat dan kemanusiaan. Sudah saatnya mereka angkat kaki,” katanya kepada media, Selasa (27/9).
Al Hasan menilai kejadian sekitar pukul 18.00 WIB malam ini murni kelalaian pihak perusahaan dan sudah semestinya diusut secara hukum, administrasi, sosial, dan regulasi geothermal.
Mantan Ketua Karang Taruna Madina ini melihat kejadian yang berulang ini telah menimbulkan situasi mencekam dan kepanikan warga di wilayah kerja perusahaan.
“Meski demikian kita harap saudara-saudara kita di sana tetap tenang dan tidak bertindak gegabah serta kita minta pemerintah benar-benar bersikap tegas kepada perusahaan,” tegasnya.
“Insiden berulang ini semakin membuktikan betapa amburadul dan semrawutnya managemen PT SMGP yang tak mengindahkan K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan),” sebutnya.
Al Hasan menyebutkan, klaim perbaikan manajemen PT SMGP dan implementasi rekomendasi Kementerian ESDM hanyalah bualan semata dan lip service .
“Toh, korporasi asing itu justru terlihat semakin parah dan tak mau belajar dari beberapa insiden,” pungkasnya.
Sementara itu Head Corporate Affairs KS Orka Yani Siskartika yang dihubungi media menyampaikan pihak perusahaan masih melakukan koordinasi dengan tim lapangan untuk menghimpun fakta kejadian.
“Mohon kiranya bersabar, kami akan memberikan info lebih lanjut,” katanya melalui aplikasi WhatsApp.
Sementara itu jumlah korban yang harus dilarikan ke rumah sakit terus bertambah. Hingga berita ini dilansir setidaknya 27 telah dirawat di RSUD Panyabungan dan RS Permata Madina. (RSL)