Panyabungan (HayuaraNet) – Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina) Atika Azmi Utammi Nasution menyangkal isu yang menyebut dirinya membekingi aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Kotanopan, Madina, Sumut. Dia mengaku telah menempuh berbagai cara agar kegiatan yang dapat merusak ekosistem sungai itu dihentikan.
Hal itu disampaikan Atika dalam rapat koordinasi Penanganan Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) di Mapolres Madina, Rabu (03/04). “Di sini saya tegaskan, saya tidak pernah menerima ataupu membekingi PETI di Kotanopan. Penanganan PETI ini butuh kerja sama semua pihak,” kata perempuan lulusan UNSW Australia ini.
Wabup mengungkapkan, secara pribadi dia sebenarnya takut dengan aktivitas tersebut karena khawatir sewaktu-waktu terjadi bencana. “Sebenarnya saya juga takut, bisa saja terjadi bencana yang tidak kita duga-duga. Hanya tinggal menunggu waktu saja,” jelasnya.
Untuk itu, wabup mengaku Pemkab Madina siap bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menutup aktivitas pencarian bijih emas dengan alat berat di DAS Batang Gadis, Kotanopan. “Saya juga minta seluruh kepala OPD terkait serta camat untuk siap kapan pun melakukan diskusi dan tindakan persuasif,” tegas peraih dua rekor MURI ini.
Sementara itu, Kapolres Madina AKBP Arie Sopandi Paloh mengaku telah mengantongi sejumlah nama yang diduga merupakan pengusaha PETI. “Tinggal tangkap saja,” katanya.
Meski demikian, mantan kasat Lantas Polres Pasaman Barat ini menekankan pemberantasan PETI di Kotanopan harus dilakukan secara persuasif. Dia berharap dalam waktu dekat ini, unsur Forkopimda bisa turun ke lokasi untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat.
“Saya tidak mau terjadi gesekan jika melakukan tindakan-tindakan preventif sehingga saya berharap seluruh unsur Forkopimda, untuk bersama-sama kita cari solusi dan tindakan persuasif,” harapnya.
Dia menjelaskan, tindakan persuasif ini harus dilakukan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa para pengusaha itu bukan lagi sekadar mencari kebutuhan hidup, melainkan mencari kekayaan. “Mereka dapat miliaran, sementara masyarakat hanya 100-200 ribu rupiah,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu AKBP Arie Paloh juga menegaskan bahwa dia tak pernah menerima apa pun dari pengusaha PETI. “Saya tidak pernah menerima apapun. Bahkan menjanjikan apapun kepada para penambang itu,” sebutnya.
Aktivitas PETI di Kotanopan belakangan menjadi perbincangan karena di satu sisi mendorong pergerakan ekonomi masyarakat setempat. Bahkan, beberapa hari lalu ratusan masyarakat mengadang pihak kepolisian yang hendak melakukan penertiban.
“Kami tidak mau tambang emas ini ditutup karena tambang ini sangat kami butuhkan, apalagi ini menjelang lebaran. Tambang itu sangat membantu ekonomi kami,” kata seorang warga dalam orasinya di pinggir Jalan Lintas Sumatera dekat Pasar Kotanopan, Sabtu (30/03) lalu. (RSL)