Allaahu akbar Allaahu akbar Allahu akbar, laa illaaha illallahu waallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil hamd.
Idulfitri tahun ini saya rayakan bersama keluarga di Padangsidimpuan. Tempat istri saya berasal. Sebagaimana kaum muslimin yang berbahagia dan merayakan hari raya usai puasa Ramadan, kami pun sedari pagi sibuk mempersiapkan diri untuk menunaikan salat Id. Kami memutuskan mengikuti salat Id di Masjid Al Ikhlas, Jl. Palti Siregar, Kelurahan Wek V, Padangsidimpuan Selatan.
Masjid yang letak persisnya di persimpangan Jalan Danau Laut Tawar ini mempunyai keunikan tersendiri. Terlihat menggambarkan suasana Indonesia yang begitu akrab dengan perbedaan. Masjid mungil ini dekat dengan bangunan gereja terbesar di Kota Padangsidimpuan. Meskipun tergolong kecil, tapi cukup untuk menampung ratusan warga sekitar yang melaksanakan salat Id hari ini.
Satu yang menjadi catatan adalah fashion masyarakat dalam merayakan hari raya. Setiap tahun selalu ada model, jenis, dan warna populer. Tahun ini sepertinya milik sage green. Warna hijau lembut. Tren ini sejak pertengahan Ramadan telah jadi perbincangan di keluarga saya. Bahkan, istri telah memprediksi bahwa sage green akan ramai dipilih untuk warna pakaian lebaran.
Kami pun akhirnya sepakat memilih warna tersebut untuk baju persatuan. Namun, saya tetap kurang percaya warna ini akan tren. Maka dari itu sebagai pembuktian, sebelum ke masjid saya duduk di teras rumah bak Giorgio Armani, pemerhati mode dan fashion asal Itali. Satu per satu warga yang melintas, baik perorangan maupun rombongan, saya perhatikan warna pakaian yang dikenakan. Ternyata prediksi istri saya benar, ini memang tahunnya sage green.
Tak pandang usia dan jenis kelamin. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, gadis, dan pria remaja seperti kompak memilih warna tersebut. Meskipun warna ini pilihan favorit perempuan, tapi dengan banyaknya model pakaian membuat kaum lelaki pun tak gamang. Terlebih bagi mereka yang memilih warna ini untuk pakaian salat. Suasananya terkesan lebih sejuk dan mewah.
Ihwal kebenaran prediksi istri saya kian tak terbantahkan. Saya kebagian shaf pertama meski di teras masjid. Saya sempatkan pula memperhatikan sekitar. Benar belaka, laki-laki baik bapak-bapak maupun remaja ternyata banyak yang memilih sage green untuk warna pakaian salat. Tidak bisa ditolak atau dibantah bahwa prediksi yang dibuat di tengah Ramadan dan di Panyabungan, ternyata menjadi satu kebenaran di Kota Padangsidimpuan, setidaknya di Kelurahan Wek V.
Fenomena sage green kian menancapkan kukunya di posisi teratas warna pilihan lebaran tahun ini. Saat berkunjung ke rumah sanak saudara dan tetangga, banyak pula tuan rumah yang memilih sage green sebagai warna kebesaran. Disebut warna kebesaran karena digunakan di hari pertama Idulfitri. Harus diakui, ini memang tahunnya sage green.
Memakai baju baru pada 1 Syawal seperti sebuah kewajiban. Apalagi, dalam menjalankan ibadah salat Id disunahkan memakai pakaian terbaik. Tentu, dalam perayaan hari raya dan disunahkan pula memakai yang terbaik umat muslim akan mempersiapkan pakaian lebaran jauh-jauh hari. Baju baru pun seolah sebuah keharusan. Setidaknya, minimal baju salat harus baru. Bukan untuk membebani, melainkan sebagai bentuk rasa syukur.
Namanya baju baru, tentu model dan warna harus pula diperhatikan dengan baik. Jangan sampai setelah dibeli muncul penyesalan atau sama dengan tahun sebelumnya. Salah satu warna paling sering dipilih adalah putih, menggambarkan jiwa yang kembali suci setelah melewati puasa Ramadan. Bulan pembakaran dosa-dosa.
Sejatinya, membeli baju lebaran tidaklah tradisi yang dianggap penting karena Nabi Muhammad SAW sendiri hanya menganjurkan umatnya untuk menggunakan pakaian terbaik saat salat pada hari raya.
Setelah melihat kumpulan fakta dan bukti sahih, tak salah rasanya menetapkan sage green sebagai warna favorit lebaran tahun ini. Tak mengherankan sebenarnya, apalagi warna ini mengesankan suasana natural, elegan, dan menciptakan aura tenang, damai, sejuk dan membuat mata yang melihat menjadi nyaman.
Sage green juga menjadi warna yang dianggap memancarkan keseimbangan dan kebijaksanaan karena menghadirkan kesan ketenangan dan dianggap berhubungan dengan alam semesta.
Sage green menggambarkan kekaleman dan kelembutan juga mudah dipadukan dengan berbagai warna lainnya. Tak peduli warna kulit sawo matang, putih, pucat, atu bahkan hitam pun tak akan minder memakai baju nuansa sage green. Pun dengan saya, rasanya lebih pede dan enjoy. Sekali lagi, ini memang tahunnya sage green.
Banyaknya yang memilih sage green rasanya bisa disebut sebagai warna cuople sekampung alih-alih pasangan. Eh, apakah Anda juga punya pakaian dengan nuansa sage green? Kalau ada, berarti kita sama.
Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbara walillahi ilhamd.
Penulis: Mukhtar Nasution
Alumni Ilmu Sejarah Unimed
Pemerhati Sosial dan Masyarakat