CATATAN REDAKSI – Keberadaan perusahaan besar, terlebih yang mempunyai kontrak proyek besar, seyogianya memberikan dampak positif bagi warga sekitar. Baik dari sisi ekonomi maupun daya guna. Namun, ada yang berbeda dengan kehadiran PT Jaya Konstruksi (Jakon) di Kelurahan Pidoli Dolok, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut.
Perusahaan konstruksi dari ibu kota Republik Indonesia ini secara daya guna memang sedikit terlihat. Setidaknya jalan-jalan nasional yang membelah kota Panyabungan sudah mulai rata, meski masih ada beberapa titik yang perlu kerja lanjutan. Sudah itu, banyak pula kabarnya pengusaha galian C yang ketiban untung.
Tetapi dalam beberapa waktu terakhir, perusahaan ini seperti anak-anak yang butuh perhatian baru bergerak. Masih segar dalam ingatan, bagaimana Bupati Madina H. M. Jafar Sukhairi Nasution marah-marah di kantor PT Jakon. Saat itu pemicunya adalah pembiaran galian bahu jalan dalam rentang waktu yang cukup lama. Lubang menganga di sisi kanan dan kiri jalan menjadi keluhan masyarakat. Tak sampai berhari-hari, usai ‘disemprot’ bupati, para pekerja langsung bergerak menutupi lubang tersebut.
Lalu, Ketua DPRD Madina Erwin Efendi Lubis pun turut memberikan perhatian kepada PT Jakon. Kali ini persoalannya batu galian milik warga sekitar yang tak ditampung perusahaan. Perusahaan kekeh dengan harga Rp110 ribu per kubik, sementara para ibu-ibu meminta Rp140 ribu per kubik. Atas dasar itu perusahaan enggan membeli hasil kerja ibu-ibu di Kelurahan Pidoli Dolok.
“Berapa kubiklah hasil kerja inang-inang kami itu dalam sehari. Mereka kerja manual. Siang kerja, hanya untuk makan malam,” ujar Erwin saat itu.
Belakangan setidaknya ada tiga kasus yang menunjukkan PT Jakon seolah kurang perhatian. Pertama, kasus seorang anak yang jatuh ke dalam lubang galian perusahaan itu. Setelah viral di media baru karyawan perusahaan datang menjenguk korban. Itu pun tanpa bawa apa-apa. Belum selesai kasus itu, muncul kasus baru berupa tumpukan sampah di sekitaran Pasar Lama Panyabungan.
Berhari-hari sampah yang disedot dari drainase itu dibiarkan bertumpuk sampai mengeluarkan bau tak sedap. Padahal di sepanjang jalan itu ada yang jualan makanan. Akibatnya, banyak yang keberatan. Bahkan ada yang sampai mengancam akan memindahkan sampah itu ke tengah jalan. Setelah viral, tak sampai satu hari, PT Jakon dengan sigap membersihkan semuanya.
Terkini, pemasangan box culvert di depan Masjid Hj. Zuliyani Lubis, Aek Lapan Panyabungan, menuai perhatian banyak pengguna jalan. PT Jakon dengan tenangnya membuat papan pengumuman yang terkesan hoaks. Pasalnya, dalam plank merk yang telah dipindahkan itu tertulis “KURANGI KECEPATAN ADA LONGSOR DI DEPAN”. Warga yang melintas pun keheranan dengan tulisan di plank itu. Pasalnya, di daerah tersebut tak ada tebing ataupun longsor.
Itu belum termasuk keluhan masyarakat sekitar dengan polusi udara akibat aktivitas perusahaan. Kalau misalnya Anda lewat di depan perusahaan itu akan terlihat kepulan asap pekat keluar dari corong PT Jakon
Pemasangan box culvert itu telah berlangsung cukup lama. Meski demikian sampai hari ini belum selesai. Bahkan sering terlihat tak ada karyawan yang bekerja di tempat itu. Nah, setelah menjadi sorotan masyarakat, Selasa sore kemarin (03/10) terlihat satu alat berat jenis excavator beroperasi di sana. Patut diketahui, viralnya plank merk yang disebut hoaks itu baru terjadi pada Selasa pagi.
Sebelumnya penggalian drainase di depan gerbang Alhusnayain dan deretan toko di sebelahnya juga sempat menuai kritik sebelum pekerja perusahaan bergerak menyelesaikannya. Tindak-tanduk PT Jakon yang seperti kekurangan perhatian itu seolah menunjukkan tidak profesionalnya manajemen perusahaan tersebut. Bayangkan, harus viral dan menjadi perhatian pejabat publik dulu baru mereka bergerak.
Itu belum termasuk keluhan masyarakat sekitar dengan polusi udara akibat aktivitas perusahaan. Kalau misalnya Anda lewat di depan perusahaan itu akan terlihat kepulan asap pekat keluar dari corong PT Jakon.
Beragam perhatian itu nyatanya tak cukup bagi Jakon untuk memberikan perhatian serupa. Misalnya, keterbukaan informasi kepada media. Perusahaan ini termasuk salah satu yang sulit membuka informasi, meskipun hal-hal yang ditanyakan pihak media masih tataran normatif, seperti masa kerja penyelesaian box culvert.
Ah, Jakon, Jakon… tolonglah bekerja dengan profesional. Tak perlu ada ‘perhatian’ baru bergerak. (*)