Simpang Gambir (HayuaraNet) – Roni Moranda Matondang adalah pengejawantahan anak muda sesungguhnya. Kalimat itu disampaikan sekelompok anak muda di Kecamatan Lingga Bayu. Bagi mereka, Roni merupakan gambaran idealis tokoh muda dan pengaruhnya bagi masyarakat. Dihargai pada barisan sebaya dan bersikap santun serta hormat kepada yang lebih tua.
Roni Moranda bisa disebut salah satu tokoh muda potensial yang dimiliki daerah ini. Bagaimana tidak, di usia yang belum genap 30 tahun sudah mampu berdiri di kaki sendiri. Duduk pada beberapa jabatan strategis organisasi kepemudaan maupun organisasi masyarakat. Capaiannya hari ini lahir dari sebuah proses panjang. Istilah kerennya ‘Perintis, Bukan Pewaris’. Dia memang lahir, tumbuh, dan berproses sebagaimana kebanyakan anak-anak di kampung. Dia tak diwarisi harta berlimpah orang tuanya.
Satu-satunya privilese yang dimilikinya adalah anak seorang guru. Namun, itu tak menjamin akan memberikan kehidupan yang enak sebab gaji guru di zaman dulu belum seperti sekarang. Dia tumbuh sembari mengecap dan melihat kerasnya kehidupan di Desa Batu Loting dan sekitarnya. Hari demi hari pergolakan masyarakat dengan kehidupan yang tak berpihak telah menjadi pelajaran berharga bagi seorang Roni. Berangkat dari itu, dia tumbuh menjadi pribadi pekerja keras dengan dituntun simpati dan empati.
Setelah melewati berkali-kali kegagalan dan banyak kekecewaan, Roni akhirnya bisa berdiri di kaki sendiri. Dia menapaki puncak kesuksesan. Tak hanya bagi dirinya, pria yang melepas masa lajang tahun lalu ini juga menjadi tulang punggung keluarganya. Roni ingin memastikan adik-adiknya bisa menyelesaikan studi di bangku perkuliahan sehingga dapat membantunya kelak berdiskusi dan berpikir sebagai sumbangsih bagi masyarakat di sekelilingnya.
Bagi masyarakat? Tak perlu ditanya. Membantu masyarakat bisa disebut adalah nama tengahnya. Tak hanya bantuan materil, bahkan dalam bangak kesempatan dia turut turun tangan seperti mengantar warga yang hendak berobat ke rumah sakit. Tak tanggung-tanggung, bukan cuma ke Panyabungan, ke Sumatera Barat pun dia jabani. Itu dia lakukan bukan karena hendak mencalonkan diri sebagai anggota DPRD, tapi bagian dari implementasi ajaran keluarganya, terutama sang ibu yang merupakan guru.
Dengan pencapaian saat ini, sebagai anak yang tumbuh di tengah masyarakat yang masih banyak berada di bawah garis kemiskinan membuat lulusan MAN Simpang Gambir ini merasa bertanggung jawab memberikan bantuan moral, pemikiran, dan materil. Maka, tak heran jiwa kepemimpinan dan ketokohan Roni sudah terlihat sejak dulu. Dia, seperti abang yang mengayomi bagi generasi di bawahnya. Boleh jadi ini makna sebenarnya dari kalimat pertama dalam tulisan ini.
Sebagaimana anak muda pada umumnya, Roni pun memiliki keresahan tersendiri dengan kondisi di sekelilingnya. Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal utama yang saban hari jadi pemikiran bagi suami dr. Uli Agustina ini. Dia percaya, kedua aspek penting kehidupan itu akan mampu mendorong lahirnya generasi yang lebih baik dengan kehidupan yang lebih baik pula.
Sadar tak akan bisa berbuat banyak dengan mengandalkan kemampuan individu, Roni bergabung dengan beberapa organisasi. Mulai dari HIPMI (Sekretaris Umun), IISI (Ketua Umum), Kadin (Wakil Ketua) sampai Syarikat Islam (Bendahara Umum) dia ikuti. Istimewanya, dia diamanahkan menjabat pada posisi strategis organisasi-organisasi itu. Seolah menegaskan bahwa dia memang terlahir dan terbentuk sebagai pemimpin untuk memegang amanah dengan tanggung jawab yang tak mudah.
Dalam perjalanannya di berbagai organisasi menimbulkan kesadaran bahwa politik berperan penting dalam menentukan kebijakan. Itu pula yang mendorong Roni akhirnya berlabuh di Partai Golkar. Dengan latar belakang dan potensi yang dimilikinya, Roni ditetapkan sebagai pengurus DPD Partai Golkar Madina. Sekali lagi, usianya belum genap 30 tahun.
Dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari banyak orang, terutama keluarga, Roni memutuskan mengikuti pemilihan legislatif tahun 2024 sebagai peserta. Pria kelahiran Desa Batu Loting tahun 1994 silam ini ditetapkan sebagai Caleg Nomor Urut 2 dari Partai Golkar daerah pemilihan (Dapil) 3 meliputi Kecamatan Panyabungan Selatan, Batang Natal, Lingga Bayu, dan Ranto Baek.
Baginya, terjun ke dunia politik praktis adalah bagian dari tanggung jawab dan dorongan untuk memberikan hal yang lebih baik lagi bagi masyarakat. “Saya ingin akses pendidikan dan kesehatan masyarakat bisa lebih mudah. Selama ini sering kewalahan, apalagi dalam pengurusan administrasi,” katanya beberapa waktu lalu.
Roni sadar, menjadi anggota legislatif bukan berarti akan menjadikannya manusia super yang bisa melakukan segala hal dengan mudah. Namun, dengan kekuasaan yang ada di tangannya, dia meyakini akan membuatnya jauh lebih maksimal dalam membantu orang lain. “Begini, kalau dengan posisi saat ini mungkin warga masih ada yang segan meminta bantuan karena takut menyusahkan saya, tapi ketika duduk di legislatif saya yakin rasa segan itu akan berkurang karena mereka akan merasa bahwa saya adalah bagian dari diri mereka,” sebut pria yang gemar main motorcross ini.
Dalam perbincangan saat itu, Roni menyampaikan sebuah impian mendirikan/menyewa rumah untuk mahasiswa yang berasal dari daerah pemilihannya. Rumah itu, katanya, disiapkan sebagai pengganti kos. “Nanti entah per berapa minggu saya belikan beras juga sehingga mereka bisa terbantu. Tentu, sesekali saya akan berkunjung untuk berdiskusi dan mendengar keluh kesah mereka,” tambahnya.
Dia percaya, impian itu akan lebih mudah dicapai dengan duduk di kursi parlemen. Dia berniat mendorong penganggaran beasiswa yang lebih besar. “Di daerah kami masih banyak anak-anak yang lulus SMA tak melanjut karena ketiadaan biaya. Dengan beasiswa, tersedianya tempat tinggal, dan makanan akan memberikan peluang bagi mereka melanjutkan pendidikan,” katanya dengan mata berkaca-kaca seolah membayangkan pedihnya pendidikan terhenti karena ketiadaan biaya.
Di samping itu, Roni juga punya misi lain sebagai pembuktian bagi anak-anak muda bahwa dengan kerja keras, niat ikhlas, dan kebulatan tekad bisa mengantarkan seseorang menjadi sesuatu. Dia percaya, di tengah praktis dan pragmatisnya perpolitikan saat ini masih ada ruang bagi anak-anak muda potensial untuk duduk di parlemen meskipun bukan berasal dari keluarga kaya raya.
“Masyarakat di sini tahu seperti apa saya. Bagaimana saya dibesarkan dan siapa orang tua saya. Kami bukan orang kaya. Apa yang hari ini dicapai hasil dari kerja keras. Duduk di parlemen bukan hanya cita-cita pribadi, tapi juga akan membuka pintu harapan bagi anak-anak muda lain,” tegasnya.
Roni mengungkapkan mengenal beberapa orang yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja secara ekonomi, tapi berhasil di dunia politik. “Saya lihat yang mengantar mereka menjadi legislatif atau bukan semata karena uang, tapi lebih condong kepada niat ikhlas. Itu yang saya pelajari,” terangnya.
Roni paham untuk bisa duduk sebagai anggota DPRD dan menjalankan cita-citanya tak bisa dilakukan tanpa restu dan dukungan masyarakat. Untuk itu, dia pun berharap keputusannya menjadi peserta pemilu didukung dengan memilih dirinya. “Untuk itu, saya berharap dan meminta dukungan suara saudara-saudara saya di Dapil 3 pada pemilihan legislatif 14 Februari 2024,” harapnya.
Roni Moranda, Caleg DPRD Dapil 3 Madina Nomor Urut 2 dari Partai Golkar menjadikan politik sebagai sarana untuk memudahkan akses bantuan dan pembangunan bagi masyarakat. Baginya, niat ikhlas dan pengabdian tak memandang usia. (*)