Panyabungan (HayuaraNet) – Perayaan Valentine Days yang belakangan marak dilakukan generasi muda merupakan penjajahan ekstrem terhadap kaum muda dan mengorbankan kaum perempuan.
Demikian disampaikan Ketua PD Muslimah Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Dr. Melda Diana Nasution, Senin (13/2).
Melda menyebutkan, banyak remaja salah kaprah memaknai Valentine Days sehingga terjerumus pada perilaku yang jauh dari norma agama dan susila.
Dia pun mengajak generasi muda, khususnya di wilayah Madina, untuk tidak ikut-ikutan merayakan tradisi paganisme berkedok kasih sayang. “Kami minta generasi muda Madina menolak budaya pagan ini karena tidak menggambarkan budaya masyarakat yang religius,” tambahnya.
Dosen di STAIN Madina ini meminta pemerintah, dalam hal ini, Satpol PP dan kepolisian untuk mencegah perayaan yang akrab dengan seks bebas di Madina, Sumut.
“Kami minta Satpol PP dan pihak kepolisian menggelar razia hotel dan tempat-tempat hiburan untuk menghindari perayaan Valentine yang mengarah ke maksiat,” sebutnya.
Melda menerangkan, berbagai kasih sayang tidak harus menunggu Hari Valentine. “Apalagi sampai melakukan seks di luar nikah,” terangnya.
“Selaku perempuan dan bagian dari generasi Islam, Muslimah GPI Madina tidak ingin Madina sebagai Kota Santri dikotori prostitusi terselubung dengan kedok Hari Kasih Sayang,” tutupnya.
Untuk diketahui, setiap 14 Februari, di banyak tempat di dunia, permen, bunga, dan kado saling ditukarkan di antara para kekasih. Semua atas nama Valentine.
Menurut klaim Gereja Kristen, keputusan menempatkan Hari Valentine pada pertengahan Februari adalah upaya “mengkristenkan” perayaan Lupercalia milik masyarakat Pagan. (RSL)