Pengerukan Sedimen Saluran Irigasi Diperkirakan Sampai Desember

Panyabungan (HayuaraNet) – Pengerukan sedimen irigasi yang saat ini berlangsung di wilayah Panyabungan Barat-Hutabargot Nauli diperkirakan akan berlangsung sampai Desember tahun ini sesuai keterangan Balai Wilayah Sungai (BWS) II Sumatera Utara.

Sebelumnya, akibat pengerukan tersebut banyak masyarakat di wilayah Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang mengeluh karena dalam dua masa tanam padi terakhir gagal panen.

Sariman Siregar, salah satu warga Desa Tambiski, Naga Juang, saat menghadiri pelaksanaan reses III anggota DPRD Madina Zubaidah Nasution menyampaikan, irigasi yang tak mampu mengalirkan air menyebabkan terjadinya gagal panen.

“Harapan kami persoalan pupuk dan irigasi ini utamanya dapat diselesaikan,” pintanya saat itu, Senin (29/8).

Usai reses, Zubaidah Nasution langsung bergerak meninjau penyebab aliran irigasi tidak lancar. Anggota DPRD dari fraksi Partai Golkar ini bersama kepala Desa Tambiski bergerak ke wilayah Desa Saba Padang, Kecamatan Hutabargot.

“Kita sudah hubungi instansi terkait. Memang ada pengerukan agar ke depan aliran air lebih lancar. Kita harap masyarakat sabar dan mengikuti arahan instansi terkait,” ujarnya waktu itu.

Zubaidah Nasution Bersama Kepala Desa Meninjau Pengerukan Sedimen Saluran Irigasi di Desa Saba Padang (Roy).

Salah satu pekerja irigasi Napi menjelaskan saluran Simalagi kembali tersumbat meski sebelumnya pernah diperbaiki oleh Pemkab Madina.

Napi menambahkan, penggalian dua arah dilakukan dari Kecamatan Hutabargot dan Longat. Banyak aliran irigasi yang tersumbat sehingga diperlukan pengerukan.

“Bahkan beberapa sumbatan sudah memenuhi parit irigasi. Kalau tidak ada pengerukan aliran air yang tidak lancar akan berlarut-larut. Jadwalnya sampai Desember,” terang Napi.

Sementara itu Camat Naga Juang Mukhsin yang dihubungi menerangkan, pihak pemerintah telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat terdampak untuk mengalihkan tanaman dari padi ke palawija.

“Kita panggil para kepala desa untuk kemudian disampaikan kepada petani agar mengalihkan tanaman dari padi ke palawija,” kata Camat, Rabu (14/9).

Mukhsin mengaku, dia sebenarnya tidak dipanggil oleh WBS ketika sosialisasi pengalihan tanaman. “Tapi, kita tahu informasi itu dari rekan-rekan dan langsung ditindaklanjuti dengan memanggil kepala desa,” terangnya.

Lebih lanjut, Mukhsin mengungkapkan, masyarakat yang gagal panen maksudnya bukan  gagal setelah ditanam, melainkan tidak bisa menanam padi akibat irigasi tidak lancar.

“Jadi, bukan seperti itu, tapi gagal karena memang tidak ditanam. Ada yang mengalihkan ke tanaman lain, tapi ada juga yang memanfaatkan sumber di luar aliran irigasi,” tutupnya. (RSL)

Mungkin Anda Menyukai