Panyabungan (HayuaraNet) – Nur Habibah (62 tahun), salah satu korban dugaan keracunan gas PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) mengaku bersedia membeli nyawa apabila ada yang jual.
Hal itu disampaikan perempuan 16 cucu itu menanggapi pernyataan perusahaan yang menyebut tidak ada kebocoran H2S saat logging sumur T-11, Jumat (16/9).
“Saya pun, Nak, tidak ingin ke mari (rumah sakit). Saya trauma. Kalau bisa beli nyawa, saya usahakan itu menjual apa pun harta kami untuk membeli itu,” katanya, Senin (19/9).
Ibu 7 (tujuh) anak ini menegaskan, tidak mengharap materi dari kejadian yang menimpanya, yang dia inginkan hanya keselamatan, terlebih dia dan suaminya masih punya kebun di sekitar well pad T.
Sementara itu sang Suami, Najamuddin (67) mengungkapkan salah satu anaknya bekerja di PT SMGP dan datang ke rumahnya menyampaikan ada bau busuk keluar. “Memang tak lama dia datang, sudah mulai tercium bau itu. Cucu kami pun mencium itu,” paparnya.
Terkait klaim perusahaan yang menyebutkan tidak ada gas H2S, Najamuddin mengaku sudah mengetahui hal tersebut. Baginya, pernyataan itu tak lebih seperti tuduhan bahwa para korban telah berpura-pura atau berdusta. “Kami pesimis akan dibantu baik dari polisi atau pemerintah daerah,” ujarnya.
dr. Syafran Halim Harahap yang memeriksa Nur Habibah menerangkan, pihak rumah sakit telah melakukan mengecek darah pasien dan tidak ditemukan indikasi adanya gas. Dia pun meminta untuk tidak menghubungkan kondisi pasien dengan kebocoran gas.
“Hb-nya (Hemoglobin-red) yang sedikit, 9,3. Hb-nya turun. Hb-nya turun pun bukan tiba-tiba ini. Jangan dibilang karena gas, itu tidak ada hubungannya,” jelas dr. Syafran dikutip dari Metro Tabagsel.
Untuk diketahui, Nur Habibah dilarikan ke rumah sakit bersama 7 orang lainnya yang diduga terpapar gas beracun akibat aktivitas perusahaan panas bumi tersebut. Saat tiba di rumah sakit, Nur Habibah harus dipasangkan oksigen dan dirawat di ICU RSUD Panyabungan.
Nur Habibah yang saat ini masih menjalani perawatan mengaku merasakan sakit pada tangan dan kaki sebelah tangan. Selain itu dia juga merasa nyeri saat buang air kecil dan urine berwarna kemerahan.
Kapolres Madina AKBP M Reza Chairul AS, SIK menerangkan, terkait dugaan adanya kebocoran gas beracun dari Wellpad T, kepolisian saat ini masih terus melakukan penyelidikan dan mencari perkembangan.
“Tidak ada karyawan yang mencium bau busuk. Sampai saat ini tidak ada masuk sama saya laporan seperti itu,” terangnya.
Sebagai tambahan, informasi terbaru dari Kepala Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi jumlah korban yang dirujuk ke rumah sakit bertambah 1 (satu) orang, dengan demikian total warga yang harus melalui perawatan di rumah sakit menjadi 9 (sembilan) orang. (RSL)