Panyabungan (HayuaraNet) – Tokoh besar lahir dari perpaduan keresahan dan gagasan. Dia resah melihat beragam persoalan yang mengekang masyarakat sekitarnya sehingga terlambat maju dan tak mampu bersaing dibarengi memiliki gagasan-gagasan besar yang akan mengurai masalah demi masalah itu. Lalu, dicapai dengan perjuangan sesuai kadar kemampuannya.
Keresahan melihat penindasan dan bangsa yang belum merdeka mendorong Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan para pahlawan lain berani mengambil sikap melawan penjajah. Ide-ide mereka lalu terwujud melahirkan sebuah negara, Republik Indonesia.
Keresahan itu pula yang mendorong Miswaruddin Daulay mengambil langkah masuk partai politik untuk berkompetisi memenangkan kursi legislatif setelah puluhan tahun berjuang untuk masyarakat di luar sistem pemerintahan yang ada. Miswar Daulay, begitu lulusan SMAN 1 Panyabungan ini lebih akrab disapa, telah lama malang melintang di dunia aktivis. Kritiknya tajam, tapi dibarengi kemampuan negosiasi mumpuni yang tak jarang melahirkan kebijakan untuk kemaslahatan orang banyak.
Masih segar dalam ingatan bagaimana mantan dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan ini tampil sebagai salah satu inisiator pendidikan gratis bagi guru-guru yang belum sarjana tahun 2000 lalu. Program yang akhirnya tertuang dalam kerja sama Pemkab Madina, Unimed, dan IMA Madina saat itu mengantarkan puluhan guru menjadi sarjana dan saat ini telah banyak pula di antara mereka yang menjadi kepala sekolah.
Pendidikan. Boleh jadi itulah kata yang paling tepat menggambarkan kepribadian Miswar Daulay. Pendidikan seolah menjadi ruh perjalanan hidup ketua KONI Madina ini. “Sebenarnya, mengambil langkah masuk partai politik dan maju sebagai caleg tidak ujug-ujug atau aji mumpung. Ini sudah melalui pemikiran panjang bahkan sempat ada dilema antara pikiran dan hati,” katanya ketika diwawancarai di kediamannya, Minggu (17/12).
Sistem politik saat ini, katanya, tidak ideal bagi akademisi seperti dirinya. Namun, dia sadar tanpa masuk ke dalam struktur pemerintahan, keresahan dan keinginan untuk memberikan gagasan maupun sumbangsih bagi kemajuan Madina tidak akan maksimal. “Kalau kita berbicara dari luar tidak akan ditanggapi, malah ada yang menganggap kita orang gila,” ujarnya berkelakar sembari mengubah cara duduk seolah menegaskan keseriusan niatnya maju sebagai calon legislatif (caleg) DPRD Mandailing Natal (Madina).
Kecintaannya terhadap pendidikan pula yang membuat lulusan Unimed ini melakukan riset dalam beberapa waktu ke belakang. Dari riset itu dia mendapati bahwa masih banyak anak-anak di Madina yang belum mengecap pendidikan. Dengan kondisi itu, baginya tak mengherankan IPM kabupaten ini masih rendah. Upaya mendorong revolusi pendidikan tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah semata tanpa dukungan konkret legislatif. “Angka harapan pendidikan di sini masih rendah. Ini yang membuat saya merasa terpanggil, terlebih kita belum melihat ada peraturan daerah yang mengatur ke sana,” terang mantan pemain PS Madina ini.
Dalam benaknya ada keinginan mendorong kembali penyelenggaraan pendidikan gratis yang berhasil terlaksana pada medio awal 2000-an itu. Tetapi, gagasan itu perlu penguatan berupa suara yang menggema di gedung DPRD Madina. “Ini salah satu yang tebersit untuk mendorong peningkatan SDM ASN di Madina, termasuk bagi para dokter untuk kesiapan daerah menjadikan RSUD Panyabungan sebagai rujukan di Tabagsel ini,” tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Keikutsertaan Miswar Daulay dalam susunan kepengurusan Dewan Pakar Gerakan Kebangkitan Tani dan Nelayan (Gerbang Tani) Madina menandakan bahwa dia tak mengabaikan sektor lain di luar pendidikan. Dalam percakapan singkat itu, dia beberapa kali menyebutkan pentingnya ekonomi yang mapan bergandengan dengan pendidikan tinggi sehingga mampu mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.
“60 persen warga Madina petani karet atau menggantungkan hidup pada harga karet, tetapi belum terlihat jelas dukungan dan keberpihakan kepada mereka. Padahal seharusnya legislatif bisa mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan yang langsung terasa efeknya bagi saudara-saudara kita petani karet,” sebut Miswar Daulay.
Secara umum, satu hal yang menjadi pikiran bagi Miswar Daulay adalah pengawasan legislatif saat ini yang jauh dari kata maksimal. Dia menilai kegagalan pengawasan telah membuat organisasi perangkat daerah (OPD) mengeluarkan kebijakan yang berulang karena perencanaan hanya ulangan dari tahun-tahun sebelumnya. “Bisa dikatakan program yang diajukan OPD itu dari tahun ke tahun itu saja dan tetap lolos dalam pengawasan DPRD. Seolah tidak ada pertanyaan dan pengkajian dari mereka apakah program itu masih relevan atau sudah usang,” katanya.
Menurutnya, penguatan pengawasan akan menjadi langkah awal untuk mengevaluasi kebijakan atau program yang ditawarkan oleh OPD sehingga pembangunan dan penganggaran uang daerah efektif. Begitulah Miswar Daulay, kepalanya penuh dengan gagasan perubahan untuk kemajuan.
Untuk menuangkan gagasan tersebut menjadi sebuah kebijakan yang dapat dinikmati masyarakat hanya bisa dia lakukan ketika terpilih sebagai anggota DPRD. Dia pun berharap dan meminta dukungan masyarakat di Daerah Pemilihan (Dapil) 1 Madina untuk memilih dirinya pada Pemilihan legislatif 14 Februari 2024. Miswar ditetapkan sebagai calon legislatif Nomor Urut 5 dari PKB untuk masyarakat di Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Barat, dan Panyabungan Timur.
“Saya harap saudara-saudara saya warga Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Barat, dan Panyabungan Timur mendukung niat baik saya ini dengan memilih Miswaruddin Daulay, caleg Nomor 5 dari PKB untuk DPRD Madina,” harapnya.
Terkait pemilihan partai PKB, dia tak memungkiri karena keberadaan Bupati Madina HM Jafar Sukhairi Nasution. Kebersamaan melalui dinamika sepanjang proses Pilkada 2020 lalu telah menguatkan hatinya bergabung dengan partai tersebut. “Kalau orang bilang ini aji mumpung, tidak apa-apa. Yang penting kesempatan ini harus saya maksimalkan untuk bisa terpilih sebagai wakil rakyat agar visi misi yang saya bangun bisa saya implementasikan,” simpulnya sembari menutup wawancara siang itu. (*)