Marwahuddin: Keluarga Kedua Asal Madina Korban Gempa Cianjur

Cianjur (HayuaraNet) – Marwahuddin Nasution (43) asal Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu, diketahui warga kedua dari Mandailing Natal (Madina) yang menjadi korban gempa berkekuatan magnitudo 5,6 pada Senin (21/11) lalu.

Marwah bersama istrinya Nur Alina Hasibuan (42) telah tinggal di wilayah tersebut sejak empat tahun silam. Keduanya dikaruniai lima anak: Sri Wahyuni (20/putus sekolah); Ahmad Rinaldi (18/kelas dua SMK); Munawar (14/tsnawaiyah); Martua (12/kelas 5 SD);  dan Hanafi Mulia (5).

Kerugian keluarga yang tinggal di Kampung Padarum, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jabar, ini tergolong parah. Pasalnya, rumah kontrakan dan warung kelontong yang mereka sewa hampir rata dengan tanah.

Tak hanya itu, dagangan mereka juga diambil para korban atau warga lain karena sampai Kamis (24/11) masih banyak yang belum menerima bantuan, baik dari pemerintah maupun pihak lain. Termasuk keluarga asal Sihepeng ini.

“Ada yang minta izin. Mereka mengaku lapar. Banyak juga yang mengambil tanpa memberi tahu kami,” kata Marwah.

Untuk diketahui, mereka merantau dari Sihepeng karena ingin mencari rezeki. Namun, sekarang keluarga ini harus mulai lagi nol lantaran bangunan seluas 87 meter persegi itu nyaris rata dengan tanah akibat gempa yang berdasarkan data terakhir menewaskan 318 orang.

Menurut Marwah, 18 orang di antara korban meninggal itu merupakan tetangganya. “Jumlah terakhir dari kampung saya 30-an. Misalnya, pada Kamis (24/11), masih ditemukan seorang ibu sedang hamil dalam keadaan tak bernyawa dibawah reruntuhan bangunan,” ujar Marwah.

Untuk sementara Marwah dan keluarga menumpang di tempat rumah seorang famili di Rawabungo, Cianjur. “Kami belum berani ke lokasi, gempa susulan masih terus terjadi,” sebutnya.

Open Donasi untuk Keluarga Asal Madina Korban Gempa Cianjur.

Memang gempa susulan yang berpusat di Cianjur masih terus terjadi. Berdasarkan catatan  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa susulan ada yang berkekuatan sanpai magnitudo 4.1.

Marwah belum bisa memastikan jumlah kerugian dialami akibat gempa Cianjur. Yang pasti, kata dia,  barang-barang isi rumah nyaris tidak bisa diselamatkan. Kalau pun nanti ada, mungkin hanya sebagian pakaian bisa selamat.

“Itu pun belum tahu kondisinya sebab kami belum berani membersihkan runtuhan bangunan,”  ujar Marwah melalui telpon.

Dia menyebutkan sampai Jumat (25/11), belum ada satu pun yang memberikan bantuan kepada keluarga mereka, termasuk Pemkab Cianjur atau pemerintah pusat. “Itulah sebabnya banyak korban mengaku kelaparan. Sebab itu semua korban tinggal di pengungsian,” ungkapnya.

Korban gempa Cianjur, Jawa Barat, mulai terserang berbagai penyakit. Pengungsi yang sakit umumnya orangtua dan anak-anak. Penyakit yang dikeluhkan pengungsi ke posko pengungsian yaitu Ispa, fraktur, luka robek, alergi, myalgia, dyspepsia/gartritis, asma, diare, kudis, dan diabetes akibat tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan.

“Untuk anak-anak banyak kasus mengalami broncho pneumonia, Ispa, patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh. Rata-rata karena komplikasi dari hasil trauma akibat gempa,” kata Ketua Umum PB IDI Dr Moh Adib Khumaidi, dalam keterangannya di Cianjur, Jumat (25/11). (RSL)

Mungkin Anda Menyukai