Lama Ditinggal, Askolani Kembali Ajari Anak-Anak SD dan SMP Aksara Mandailing

Panyabungan (HayuaraNet) – Setelah sekian lama aksara Mandailing  atau aksara Tulak-tulak ditinggalkan dalam pembelajaran di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), tahun ini Askolani melalui Sosialisasi Modul dan Bahan Ajar Bahasa Daerah Mandailing kembali mengenalkan huruf asli daerah itu kepada anak-anak sekolah tingkat SD dan SMP.

Sosialisasi yang berlangsung pada 29-31 Mei 2023 baru dilaksanakan di dua kecamatan, yakni Kecamatan Panyabungan dan Kecamatan Siabu dengan delapan sekolah sasaran, yaitu SDN 07 Panyabungan, SDN 12 Panyabungan, SDN 80 Panyabungan, SDN 81 Panyabungan, SDN 021 Siabu, SMPN 2 Panyabungan, SMPN 1 Siabu, dan SMPN 3 Siabu.

Askolani yang dihubungi, Jumat (02/6), menerangkan kegiatan tersebut merupakan program Bagian Kebudayaan Dinas Pendidikan Madina dalam rangka mengenalkan kembali aksara Mandailing kepada siswa sekolah dasar.

“Pelestarian budaya dengan pengenalan seperti ini merupakan langkah kecil, tapi mempunyai dampak besar,” katanya.

Budayawan Mandailing ini menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir ada banyak bahasa dan budaya daerah yang telah punah. “Budaya Marturi di Mandailing pun sudah masuk kategori hampir punah,” jelasnya.

Askolani menjelaskan, pengenalan aksara Mandailing kepada anak-anak harus dibarengi dengan cara-cara baru, utamanya pendekatan dengan hal-hal yang dekat dengan mereka.

“Selama tiga hari, saya mengajar aksara Mandailing untuk lima SD dan tiga SMP di Kecamatan Panyabungan dan Kecamatan Siabu. Saya kira hasilnya memuaskan,” jelasnya.

Dia memaparkan, meski hanya memberikan materi selama 60 menit, anak-anak yang ditugaskan menulis kata dengan aksara Mandailing berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.

Berdasarkan pengalaman mengajar itu, pria yang pernah jadi guru di SMAN 1 Natal itu menilai dalam empat kali tatap muka anak-anak sudah bisa terampil menulis dan membaca Aksara Mandailing.

“Metodenya yang harus kita ubah,” tegasnya.

Kegiatan ini dilakukan untuk uji coba Pengajaran Bahasa Daerah berbasis Kurikulum Merdeka. (RSL)

Mungkin Anda Menyukai