Panyabungan (HayuaraNet) – Komisi IV DPRD Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mempertanyakan transparansi penggunaan anggaran untuk penanganan stunting di daerah ini. Pasalnya, baru-baru ini ada bayi berusia 10 bulan meninggal dunia ditengarai karena kekurangan gizi (gizi buruk).
Hal itu disampaikan Ketua Komisi IV Nisad Sidik Nasution menanggapi demo aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Mandailing Natal dan tragedi kemanusiaan meninggalnya Erkhan karena kekurangan gizi.
Nisad menerangkan, Komisi IV menyayangkan kejadian yang menimpa almarhum Erkhan di tengah gelontoran dana penanganan tengkes (stunting) oleh pemerintah. “Kami menyayangkan apa yang terjadi pada almarhum Erkhan,” katanya di gedung DPRD Madina, Rabu (11/10).
Ketua PAN Madina ini pun mengaku tak menutup kemungkinan Komisi IV akan membawa permasalahan ini sampai pada rapat dengar pendapat (RDP) untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci terkait penanganan tengkes di Madina.
“Ini benar-benar menjadi perhatian kami. Tentu, RDP bisa saja akan dilakukan, yang pasti kami akan menindaklanjuti hal ini agar ada penjelasan dari pemerintah, dalam hal ini OPD terkait,” terangnya.
Meski demikian, untuk tahap awal ini Komisi IV disebutkan akan terlebih dahulu mengumpulkan data-data dan fakta-fakta terkait penanganan stunting di Madina sebelum menggelar RDP.
“Ini soal nyawa, soal keselamatan anak-anak kita di Madina dan guna memastikan apa yang dialami almarhum Erkhan tak terjadi pada anak lain,” tutupnya.
Sebelumnya, aliansi BEM se-Kabupaten Mandailing Natal menggelar aksi unjuk rasa meminta pertanggungjawaban pemerintah, dalam hal ini bupati atau wakil bupati, terhadap penanganan stunting yang menurut mereka carut marut.
Tak hanya itu, mahasiswa menilai hati nurani pejabat yang berwenang dalam penanganan stunting di kabupaten ini telah mati. Dalam aksi itu ditunjukkan dengan mengucapkan, “Innalilahi wa innailaihi rajiun“.
Bahkan mahasiswa dalam aksinya turut membawa keranda mayat sebagai gambaran matinya hati nurani di tengah mewahnya acara sosialisasi stunting. Untuk mendapatkan penjelasan, mereka meminta bupati atau wakil yang turun secara langsung menerima massa demo.
“Kami tidak mau tahu soal perjalanan dinas, kami akan menunggu di sini sampai bupati atau wakil bupati menjawab aspirasi kami, ini soal penanganan stunting,” kata koordinator BEM se Madina, Khoirul Amri Rambe
Untuk diketahui, baru-baru ini diberitakan dana jorjoran untuk penanganan tengkes (stunting) dan beragam sosialisasi maupun acara seremoni berujung anti klimaks di Madina. Pasalnya pada Rabu (04/4) pekan lalu seorang anak yang mengalami gizi buruk tak terselamatkan.
Adalah Muhammad Erkhan (10 bulan), anak dari pasangan Sunardi (47 tahun) dan Nurma Yulianti (37 tahun) harus menghembuskan napas terakhir tanpa bantuan pemerintah. Anak malang itu dinyatakan meninggal setelah sebelumnya hanya bisa berbaring akibat gizi buruk yang dideritanya.
Orang tua Erkhan bukan tak berniat memberikan gizi yang baik bagi anaknya, tapi kondisi ekonomi tak memungkinkan. Apalagi Sunardi hanya kerja serabutan. Selain itu, Erkhan tak memiliki BPJS aktif. (RSL)