Panyabungan (HayuaraNet) – Ada kisah menarik yang melatarbelakangi pendirian Pondok Pesantren Rohmatul Alam di Panyabungan Julu, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, oleh Ustaz H. Musaddad Lubis. Ternyata, sekolah yang nantinya akan menjadi tempat penghafalan Alquran ini bersumber dari ‘amplop pengajian’ sang pendiri.
“Dulu, saya diberikan saran oleh Ustaz Ahmad. Uang yang dikasih jemaah simpan, masukkan ke kotak. Nanti kalau sudah banyak belikan ke tanah dan dirikan pesantren,” kata H. Musaddad menirukan pesan H. Ahmad, saat menyampaikan sambutan pada Tabligh Akbar dalam Rangka Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren tersebut, Sabtu (21/10).
Buya Musaddad melanjutkan, pembangunan pesantren yang nantinya akan memadukan ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan santripreneur ini dimulai dengan pembelian tanah pertapakan bangunan. “Setelah beberapa tahun terkumpul, saya belikan tanah ini. Lalu datang bantuan lain,” tambahnya.
Salah satu yang turut berperan adalah mantan Pj. Bupati Madina Dahler Lubis. Bantuan dari mantan kepala Dinas Pertanian Sumut itu dibelanjakan untuk pembangunan pondasi. “Lalu, saya ditanya bupati saat itu, Pak Dahlan. Apa yang dibutuhkan untuk memulai pembangunan pesantren ini,” terangnya.
H. Musaddad menambahkan, tanah yang dibelinya saat itu banyak pokok kelapa. Dengan bantuan Dahlan Hasan Nasution, pokok kelapa itu ditebang dan akarnya dicabut menggunakan alat berat. “Alhamdulillah sekarang sudah rata dan bisa dibangun,” tambahnya.
Dalam perjalanannya, Buya Musaddad pernah meminta bantuan pembangunan ke salah seorang di Medan, tapi ditolak. “Bapak itu bilang, masa mau bangun pesantren minta-minta. Sejak itu saya tidak pernah minta bantuan pembangunan lagi,” katanya.
Meski demikian, banyak bantuan mengalir dari berbagai penjuru. “Misalnya, saat lantai bangunan ini belum selesai, menantu pak Akbar Tanjung dan istrinya Ibu Fitri Tanjung berkunjung. Meraka bilang mau ikut membangun pesantren ini, lalu Pak Sobir bilang agar lantainya pakai granit,” lanjutnya.
Tak lama berselang, bantuan dari Fitri Tanjung dan suami itu pun dikirim dan dibelanjakan untuk granit. “Sebenarnya keramik pun sudah cukup, tapi karena janjinya granit, saya belikan granit. Itu amanah,” jelasnya.
Dengan banyaknya orang yang turut berperan dalam pembangunan pesantren Rohmatul Alam ini, Buya Musaddad menegaskan bahwa sekolah ini adalah milik para penyumbang. “Bukan saya seoarang (pemiliknya). Hanya saja secara administrasi atas nama saya,” tambahnya.
Dia berharap tahun depan pesantren ini sudah bisa beroperasi dan menerima santri. Pembangunan pesantren ini dimulai pada 20 Oktober 2020 lalu. Tiga tahun sejak dimulai saat ini sudah ada kantor, enam ruang kelas, tempat mandi, dan pondasi Masjid Rohmatul Alam.
Sementara itu, Syekh H. Husin Nasution yang didaulat memberikan tausiah menceritakan perjalanan nur Nabi Muhammad SAW sampai dilahirkan. Termasuk cerita salah satu sahabat Nabi yang diujung hidupnya membantu orang buta hendak ke masjid. “Sebelum meninggal sahabat ini tidak mengucapkan syahadat, tapi seandainya lebih jauh,” katanya.
Dalam cerita itu ada tersirat pentingnya bersedekah dan membantu orang lain. “Ada juga kisah di masa Nabi Daud. Ada sahabatnya yang tidak jadi meninggal karena sedekah, infaq, kedermawanan,” pesannya.
Dalam acara tersebut, terlihat jemaah yang sebagian besar masyarakat biasa mengumpulkan infaq untuk kelanjutan pembangunan pesantren dan masjid itu. Sesuai yang disampaikan panitia, jumlah infaq terkumpul lebih dari Rp11 juta.
Usai tausiah, acara dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Rohmatul Alam. Dalam kesempatan ini turut meletakkan batu tanda dimulainya pembangunan adalah beberapa pimpinan pondok pesantren, anggota DPRD Madina Sobir Lubis, dan Syekh H. Husin Nasution.
Mengingat dana awal pembangunan pesantren ini bersumber dari jemaah, panitia tak menutup pintu bagi siapa saja yang hendak turut berinfaq untuk keberlangsungan pendirian dan pengoperasian Mahad Darul Rohmatul Alam. (RSL)