Panyabungan (HayuaraNet) – Pelaksanaan Expo Ekonomi Kreatif di pelataran Masjid Agung Nur Alan Nur Aek Godang, Desa Parbangunan, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, mulai 14-17 Agustus 2023 terkesan sebagai bentuk ‘onani’ pemerintah daerah setempat.
Pasalnya, para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) yang turut mengisi stand tak lebih hanya untuk memeriahkan semata. Mereka sebelumnya tak pernah mendapat perhatian atau bantuanan dari pemerintah. Padahal, sesuai pengakuan pelaku ekraf, usaha yang dirintis perlu bantuan modal agar bisa berkembang.
“Tidak pernah. Usaha seperti ini seharusnya didukung pemerintah. Kami butuh tambahan modal untuk pengembangan usaha,” kata Riswan, pelaku ekonomi kreatif kaligrafi di lokasi expo, Kamis (17/8).
Senada dengan itu, pemilik usaha Alame Mandailing Rozi Nasution menyampaikan pengakuan serupa. “Kami diundang hanya untuk memeriahkan. Kalau pendampingan atau bantuan, tidak ada,” ujarnya.
Tak adanya bantuan dan pendampingan terhadap pelaku UMKM menguatkan expo ini hanya ajang memuaskan hasrat pejabat Pemkab Madina. Pemberian nama expo pun terkesan hanya untuk membuat pameran yang tak lebih besar dari bazar tingkat kecamatan ini agar terdengar keren. Sementara pelaksanaannya jauh panggang dari api.
Selain itu, usaha-usaha ekonomi kreatif yang bisa disebut ikon UMKM di Madina, seperti Kampoeng Kaos Madina dan Narisya Batik tak mendapat undangan. Tak jelas alasannya, entah kepentingan ekonomi atau kepentingan politik. Pun dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Madina tak mendapat pemberitahuan.
“Tidak ada diajak oleh panitia. Bahkan, saya tahu ada acara itu ketika baca berita pembukaan expo kemarin,” ujar Ketua HIMPI Madina Zainal Arifin Lubis, Selasa (15/8).
Exspo yang digadang-gadang Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution akan menggairahkan ekonomi pelaku ekraf ini ternyata tak tercapai. Kuat dugaan perputaran uang di arena pamrean lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaannya.
Hitung-hitungan kasar berdasarkan penuturan pengusaha yang ikut meramaikan hanya belasan juta rupiah. Itu pun dibantu oleh Dinas Ketapang yang menjual beras bulog pada dua hari pertama. Perputaran uang yang kecil itu selaras dengan sepinya pengunjung. Beberapa stand bahkan tutup lebih awal karena pameran tersebut tak menjanjikan prospek penjualan yang bagus.
Meski demikian, kehadiran beras bulog di tengah-tengah pameran menjadi perhatian sendiri, mengingat saat ini Madina tidak mengalami kelangkaan beras. Dari pantauan di beberapa tempat penjualan beras di Panyabungan, Sabtu (19/8), stok beras melimpah. Tak terlihat keperluan mendesak sehingga pemerintah harus mengeluarkan stok yang ditujukan untuk menjaga stabilitas kebutuhan pangan masyarakat itu.
Kepala Dinas Pariwisata Madina Salam yang dimintai keterangan terkait kejanggalan expo sepi pengunjung ini tak memberikan keterangan, termasuk anggaran yang digelontorkan dengan klaim meningkatkan perputaran ekonomi UMKM di Madina ini. (RSL)