Panyabungan (HayuaraNet) – Ekspo Ekonomi Kreatif yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal (Pemkab Madina) di halaman Masjid Agung Nur Ala Nur Aek Godang dalam rangka memeriahkan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia terkesan ecek-ecek alias asal-asalan karena digarap dengan tidak serius.
Pasalnya, berdasarkan pengakuan beberapa pelaku ekonomi kreatif yang diundang untuk memeriahkan pameran itu, tidak meriah dan sepi pengunjung. Selain itu penempatan stand pun tidak strategis karena ada di belakang pedagang kaki lima.
“Harusnya kami di depan, baru pedagang kaki lima atau gerobak di belakang sehingga pengunjung lebih dulu melewati tempat kami. Siapa tahu ada yang kecantol pada dagangan kami pada pandangan pertama,” kata Riswan, perajin kaligrafi yang turut membuka stand di lokasi, Kamis (17/8).
Pria yang tinggal di Kelurahan Dalan Lidang mengaku dalam empat hari pameran, omzetnya tidak sampai mencapai Rp2 juta. Angka tersebut, jelasnya, lebih rendah dari pendapatan saat menjajakan dagangan di pasar-pasar tradisional.
“Hiburan pun tidak ada. Hanya panggung kecil itu,” tambahnya sambil menunjuk satu panggung di ujung pameran.
Dia mengungkapkan, untuk hari terakhir ini sampai pukul 16.40 WIB belum buka dasar alias belum ada dagangan yang laku. “Ini pun yang dikerjakan pesanan orang di hari kemarin,” ujarnya.
Riswan mengaku selama ini tidak ada dukungan pemerintah melalui dinas terkait dalam mendorong perkembangan usaha yang dia geluti. “Usaha seperti ini harusnya dibantu pemerintah,” jelasnya.
Di tengah wawancara itu, salah satu pengunjung ikut nimbrung. Dia menilai ekspo ekonomi yang digadang-gadang Wakil Bupati Atika Azmi Utammi Nasution akan menggairahkan ekonomi lebih kecil dari pameran tingkat kecamatan. “Apa yang mau dilihat. Pengunjung pun sepi,” terangnya.
Follow Up Studio, usaha ekonomi kreatif di bidang fotografer mengalami hal yang sama. Penjaga stand mengaku untuk dua hari terakhir hanya ada enam pelanggan yang berfoto. Jika dihitung-dihitung omzetnya hanya sekitar Rp450 ribu.
Sementara Bakri Nasution, pengusaha kopi Mandailing dengan brand Kopi Borutulang, mengaku sengaja menutup stand lebih cepat dari yang dijadwalkan pemerintah. “Sepi pengunjung. Dalam dua hari itu hanya laku empat bungkus. Itu pun tiga di antaranya kawan yang beli,” katanya melalui sambungan seluler.
Pelaku usaha makanan khas Mandailing pun setali tiga uang. Perempuan muda yang menjaga stand Alame Mandailing Rozi Nasution menyebut hari ini terbantu dengan pesanan online, itu pun hanya senilai Rp100 ribu.
Pantauan di lokasi, Expo Ekonomi Kreatif yang ditanggungjawabi Dinas Pariwisata ini tidak menggambarkan upaya perputaran ekonomi yang baik. Terlihat dari stand apa adanya. Bahkan tidak ada lantai sehingga ketika hujan, lapak pelaku usaha turut basah dan becek.
Dari penuturan beberapa pedagang tersebut, kuat dugaan uang yang beredar selama expo berlangsung hanga dikisaran belasan juta. Itu pun tertolong dengan Dinas Ketapang Madina yang turut jualan beras Bulog di lokasi.
Untuk sekadar diketahui, baru-baru ini Pemkab Majalengka melaksanakan UMKM Expo Majalengka. Dalam sepuluh hari, perputaran uang mencapai Rp1,5 miliar. Di Lampung Barat, Liwa Expo mampu menggerakkan roda ekonomi dengan perputaran uang mencapai Rp1,3 miliar.
Sesuai keterangan beberapa pelaku usaha di lokasi expo, stand Dinas Ketapang menjadi rebutan pengunjung karena adanya beras murah. Bahkan, lapak dinas yang dipimpin Taufik Zulhandra Ritonga itu tak buka sejak hari ketiga.
“Mungkin stok berasnya sudah habis karena banyak masyarakat yang beli,” kata Riswan.
Namun, kuat dugaan penjaga stand dinas tersebut melakukan kebohongan terhadap calon pembeli. Melansir Beritahuta.com, dugaan itu muncul karena beberapa pengunjung menyangsikan kualitas beras. Mereka berpendapat beras yang dijual adalah beras Bulog.
Penjaga stand meyakinkan para calon pembeli bahwa beras tersebut bukan beras Bulog meskipun disimpan di gudang Bulog. Tak hanya itu, kuat dugaan terjadi pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Pasalnya, para penjaga stand tak menyediakan uang kembalian Rp500 dan menggantinya dengan air mineral dalam kemasan gelas plastik.
Kepala Dinas Pariwisata Madina Salam yang dikonfirmasi terkait pelaksanaan ekspo, termasuk anggaran yang dikeluarkan pemerintah, tak memberikan jawaban. Tentu, akan menjadi hal yang lucu kalau ternyata modal pelaksanaan pameran ini lebih tinggi dari jumlah uang yang berputar di lokasi.
Untuk hari terakhir ini, stand yang masih buka di tengah kesunyian pengunjung ini adalah Home Coffee, Teh Tarik, Rumah Coklat, AHA Kebab, Ayam Gepuk Restu Ibu, Affandi Miniatur, Follow Up Studio, Bakso Mercon, Eonni Odeng, Donut Syafa, Dapur Artha, dan Alame Mandailing Rozi Nasution. (RSL)