Siabu (HayuaraNet) – Siapa sangka Jenderal (Pur) Saud Usman Nasution ternyata sampai kelas 2 SMP selalu pakai sendal ke sekolah. Bukan karena tak mau pakai sepatu, tetapi saat itu keluarganya memang tak mampu sekadar membeli sepatu untuk menunjang pendidikannya.
Hal itu terungkap saat Saud Usman memberikan motivasi kepada anak-anak SDN 030 Lumban Dolok, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumut, di tengah-tengah acara penyerahan bantuan untuk sekolah tersebut, Minggu (29/10).
“Setelah kelas dua SMP baru saya memakai sepatu ke sekolah. Sekalipun ayah saya seorang kepala sekolah, tapi gaji guru zaman itu sangat tidak memadai,” tutur mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu memulai ceritanya di hadapan siswa SDN 030 Lumban Dolok.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan periode 2013-2014 itu menceritakan masa kanak-kanaknya di Siabu. “Saat kelas VI SD, saya setiap hari Sabtu harus mendorong grobak sayuran emak untuk dijual ke pasar pagi,” katanya mengutip penuturan Koordinator Wilayah Kecamatan Siabu Dinas Pendidikan Madina Askolani Nasution di akun Facebook miliknya.
Masa kecil dilalui Saud Usman dengan bekerja usai sekolah. “Bahkan setiap hari Rabu, pagi dan sore, saya juga bekerja mendorong gerobak barang dagangan orang ke Pasar Sinonoan,” lanjut mantan kepala Densus 88 itu.
Saud berpesan kepada anak-anak yang hadir untuk terus belajar dan tak patah arang menggapai cita-cita meski tidak didukung ekonomi keluarga. “Kemiskinan tidak boleh menjadi halangan untuk bercita-cita tinggi. Kuncinya tetap belajar dan berdoa kepada Tuhan,” pesannya.
Adapun bantuan yang diserahkan Jenderal Saud Usman adalah pengadaan alat kesenian yang diterima secara langsung oleh Kepala SDN 030 Lumban Dolok Amnasari Siregar. Acara yang berlangsung sejak pulul 06.45 WIB itu turut disaksikan tokoh masyarakat, kepala desa setempat, Korwil V Siabu Askolani Nasution, dan Camat Siabu Syukur Soripada.
Usai penyerahan bantuan, para peserta disuguhi kotan, makanan khas Mandailing, dan satai. Kotan adalah nasi pulut yang dihidangkan dengan kelapa kukur dan pisang goreng. Dulu, makanan ini menjadi ciri khas warung-warung kopi di Madina. (RSL)