Panyabungan (HayuaraNet) – Kasus demam dengue dan demam berdarah (DBD) di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) per Desember 2023-Januari 2024 telah mencapai 27 pasien dan empat orang didiagnosa menderita DBD dengan dua di antaranya meninggal dunia. Untuk itu, pemerintah setempat menggelar rapat lintas sektoral guna menyiapkan langkah-langkah penanganan dan pencegahan.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Madina dr. Faisal Situmorang di ruang kerjanya, kantor Dinas Kesehatan, Kompleks Perkantoran Payaloting, Desa Parbangunan, Kecamatan Panyabungan, Madina, Sumut, Senin (15/01). “Rapat tadi itu terkait penanganan DBD yang berdasarkan laporan dari rumah sakit ada yang meninggal,” katanya.
Rapat yang dipimpin Asisten I Drs. Sahnan Pasaribu itu, jelas Faisal, akan fokus pada penguatan surat edaran dan pelaksanaan gotong-royong di tingkat kecamatan untuk membersihkan lingkungan sehingga jentik nyamuk yang membawa virus DBD ini tidak berkembang.
Faisal menjelaskan, Pemkab Madina juga akan melakukan fogging dengan melibatkan beberapa perusahaan yang memiliki alat tersebut. “Kami sudah koordinasi dengan pemerintah provinsi untuk memanfaatkan yang ada di Madina, Pemkab meminjam ke perusahaan yang punya alat ditambah dengan enam alat fogging yang ada,” terangnya.
Untuk efesiensi waktu dan tenaga, Pemkab Madina melalui Dinas Kesehatan akan mengatur jadwal dengan terlebih dahulu dikoordinasikan kepada pemerintah kecamatan. “Dinas Lingkungan hidup juga dilibatkan dengan mendatangkan mobil pengangkut sampah ke lokasi sesuai yang dijadwalkan,” jelasnya.
Faisal menambahkan, per pekan ini gotong-royong secara global akan mulai dilaksanakan. Namun, untuk fogging masih dikonsentrasikan di wilayah Panyabungan. “Baik itu Panyabungan Kota, Panyabungan Barat, Panyabungan Timur, Panyabungan Utara, dan Panyabungan Selatan sesuai dengan dinamika perkembangan pasien,” lanjutnya.
Faisal mengingatkan agar Puskesmas dan pemerintah kecamatan melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah maupun kepada masyarakat secara langsung agar mengerti langkah-langkah pencegahan DBD. “Libatkan korwil-korwil untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mulai yang tua sampai yang muda agar terlibat secara aktif dalam gotong-royong dan sosialisasikan apa itu DBD,” tambahnya.
Kadis Kesehatan mengungkapkan, ada kasus yang ditemukan di masyarakat berupa keengganan berobat ke fasilitas kesehatan meskipun telah terdiagnosa menderita demam dengue maupun DBD. “Ini di dapatkan di Desa Darussalam, ternyata keluarga yang meminta pasien dipulangkan. Itulah pentingnya sosialisasi dari puskesmas maupun pemerintah kecamatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” sebutnya.
Sebagai langkah awal untuk penanganan DBD di Madina, jelas Faisal, masih mengedepankan kolaborasi lintas sektor. Termasuk untuk pendanaan kegiatan masih menggunakan dana masing-masing instansi. “Pemerintah sepakat belum menaikkan status ke tanggap darurat sehingga dana TT belum dianggarkan untuk penanganan saat ini,” ungkapnya.
Ke depan, rapat serupa masih akan dilangsungkan dengan menitikberatkan peserta berasal dari Puskesmas, pemerintah kecamatan, dan forkopimcam sebagai institusi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Harapannya ini akan lebih menajam di tingkat bawah dalam hal penanganan maupun pencegahan. Pihak kabupaten hanya mengontrol sesuai jadwal,” pungkasnya.
Dia berharap masyarakat berperan aktif dan terbuka dalam pencegahan meningkatnya kasus DBD di Madina, termasuk menerima kedatangan tim fogging. (RSL)