Panyabungan (HayuaraNet) – Berkaca pada sejarah, mahasiswa punya peran penting dan berada pada garis terdepan perubahan dengan menyahuti penderitaan masyarakat. Ini juga terjadi di Republik Indonesia, sebelum dan sesudah kemerdekaan.
Demikian ditegaskan Mukhtar Nasution di hadapan puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dalam workshop Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa di aula kampus tersebut. “Peran mahasiswa sejak sebelum Indonesia merdeka hingga era reformasi berada pada posisi strategis dan penting sebagai penyambung lidah masyarakat,” katanya, Kamis (28/03).
Dalam kesempatan itu, Mukhtar menceritakan peran mahasiswa STOVIA dalam memunculkan Boedi Oetomo, Manifesto Perubahan Indonesia oleh Bung Hatta dan kawan-kawan, serta lahirnya Seompah Pemoeda. “Peran itu juga terlihat dalam perjuangan kemerdekaan sampai pada masa Reformasi 1998. Itu semua bukti keberpihakan mahasiswa terhadap kepentingan masyarakat,” lanjutnya.
Dia menuturkan, dalam menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, mahasiswa terkadang harus berhadapan dengan kondisi yang tidak mudah. “Bahkan sampai meregang nyawa seperti pada peristiwa Trisakti dan Semanggi,” paparnya.
Itu semua, jelas Mukhtar, menunjukkan sikap kritis mahasiswa terhadap fenomena sosial masyarakat yang terjadi pada masa itu. Meskipun zaman ini tengah memasuki Revolusi Industri 4.0, peran mahasiswa tidak pernah berkurang atau berubah. “Justru sebaliknya, masa ini lebih menantang adrenalin karena situasi dan kondisi berbeda,” terangnya.
Dia menuturkan, dengan majunya teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus berlangsung, mahasiswa tidak hanya harus mampu menyuarakan aspirasi, tapi juga saat bersamaan bisa menguasai teknologi dan mengikuti perkembangannya.
“Menjadi mahasiswa visioner, tidak gaptek, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan menjadi kebutuhan dan keharusan yang tidak bisa ditawar,” jelasnya.
Materi dan paper Menapaktilasi Sejarah Panjang Gerakan Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam Perspektif Kearsipan menjadi tema diskusi. Terlihat antusiasme mahasiswa dibuktikan dengan dialektika intens.
Kegiatan Senat Mahasiswa STAIN Madina di bawah pimpinan Ketua Fuadi ini dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr.Irma Suryani Siregar, M.A. Workshop berakhir sekitar pukul 17.00 WIB diakhiri dengan dengan penyerahan cendera mata. (RSL)