Panyabungan (HayuaraNet) – Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menyebut hati nurani pejabat yang punya wewenang dalam penanganan tengkes (stunting) di daerah ini telah mati.
Hal itu mereka sampaikan saat melakukan unjuk rasa terkait penanganan stunting di Madina yang mereka nilai carut marut. Aksi demo berlangsung di depan Kantor Bupati Madina, Kompleks Perkantoran Payaloting, Desa Pambangunan, Panyabungan, Rabu (11/10).
“Kami berduka cita atas matinya hati nurani pejabat di Madina. Innalilahi wa innailaihi rajiun,” ucap mahasiswa serentak.
Dalam tuntutannya, mahasiswa meminta Bupati H. M. Jafar Sukhairi Nasution atau Wakil Bupati Atika Azmi untuk hadir secara langsung memberikan penjelasan. Mereka dengan tegas menolak penjelasan dari Sekretaris Daerah Alamulhaq Daulay.
“Kami tidak mau tahu soal perjalanan dinas, kami akan menunggu di sini bupati atau wakil bupati menjawab aspirasi kami, ini soal penanganan stunting,” kata koordinator BEM se-Madina Khoirul Amri Rambe, melansir MohgaNews.
Tak hanya meminta penjelasan penanganan stunting, mahasiswa juga dengan tegas meminta bupati maupun wakil bupati meladeni debat dengan mereka terkait hal itu. “Kami datang hanya untuk membawa aspirasi masyarakat,” kata Amri.
Amri menekankan, kedatangan mahasiswa hari ini tanpa kepentingan lain, selain kepentingan masyarakat dan kejelasan penanganan stunting di Bumi Gordang Sambilan.
“Ibu wakil bupati selaku ketua tim penanganan stunting, kami cuma minta penjelasan beliau,” ujarnya.
Hingga pukul 10.35 WIB, pejabat yang sudah menemui massa aksi masih setingkat Sekda. Apabila tuntutan merka tak dipenuhi, yakni dijumpai bupati atau wakil, mahasiswa akan masuk ke kantor bupati. (RSL)