Panyabungan (HayuaraNet) – Selama ini publik hanya mendengar Soekarno singgah di Kotanopan, Mandailing Natal (Madina). Padahal, presiden pertama Indonesia itu pernah juga menyampaikan pidato di Panyabungan untuk membakar semangat persatuan membangun bangsa.
Jejak tersebut, kata Kepala Bidang Kearsipan Mukhtar Nasution, seperti arsip yang tercecer karena terlupa oleh masyarakat. Bahkan jarang diperbincangkan.
“Sesuai arahan bu kadis Perpustakaan dan Kearsipan Madina, arsip kehadiran Pak Soekarno di Panyabungan dipajang sehingga jadi edukasi bagi masyarakat,” katanya di stand pameran Ekonomi Kreatif dan Ekspo Madina, Desa Parbangunan, Madina, Sabtu (11/3) malam.
Mukhtar menerangkan, lawatan tahun 1948 itu dimulai dari Kotanopan. Kemudian presiden pertama Indonesia itu melanjutkan perjalanan dan singgah di Panyabungan. Selanjutnya berangkat menuju Padangsidimpuan dan Sibolga.
“Rombongan presiden tiba di perbatasan Sumbar-Tapanuli sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu bulan Juni, tepatnya tanggal 11,” ujarnya.
Kedatangan orang nomor satu di pemerintahan Republik Indonesia itu disambut Residen Tapanuli Dr. Ferdinand Lumban Tobing, perwakilan masyarat, utusan partai dan golongan. “Termasuk etnis Tionghoa,” jelas lulusan Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) ini.
Mukhtar menyebutkan, residen Tapanuli dalam sambutannya menyampaikan kegembiraan masyarakat atas kesediaan Bung Karno mengunjungi wilayah yang kini disebut Mandailing Natal.
Lebih lanjut, Mukhtar menceritakan, berita kedatangan Soekarno telah menyebar luas di kalangan masyarakat sehingga tak mengherankan dalam setiap orasi selalu padat pendengar. “Masyarakat tumpah ruah,” terangnya.
Sebagai sosok yang dikenal dengan sebutan Singa Podium, dalam setiap kesempatan berkunjung ke daerah, masyarakat selalu meminta Bung Karno menyampaikan pidato politik. “Masyarakat bahkan rela menunggu lama hanya ingin mendengar beliau berpidato,” lanjutnya.
Kunjungan Soekarno ke Tapanuli saat itu turut diikuti pejabat utama negara, antara lain Menteri Dalam Negeri Sukiman, Sekretaris Negara Mr. Ichsan, Komisaris Negara Urusan Dalam Negeri Mr. AG Pringgodigdo, dan Komisariat Pemerintah Pusat yang kelak menjadi Gubernur Sumatera Mr. TM Hasan.
Mukhtar berharap, kehadiran bidang arsip di pameran tersebut menjadi momentum untuk menyosialisasikan pentingnya arsip bagi perseorangan, organisasi, kelompok, bahkan negara. “Arsip itu penting,” pungkasnya. (RSL)